Petualangan masa SMA
Banyak
orang bilang kalau masa terindah itu ketika masih bersekolah. Gue juga tidak
tau apa yang membuat orang-orang beranggapan seperti itu. Namun, setelah gue
menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan kini menjadi mahasiswa, gue mulai
tau dan mengerti kalau masa sekolah itu memang masa yang terindah. Di sekolah
guru adalah sosok yang luar biasa, dia tetap memberi nasehat walau siswa/siswi
itu bandel. Guru di sekolah juga rela mencari siswa/siswinya untuk memperbaiki
nilai muridnya yang rendah supaya bisa naik kelas. Suasana ketika di kampus
memang berbeda dengan di sekolah dulu. Disekolah gue bisa berjumpa dengan
teman-teman yang berada di kelas lain setiap hari, kalau di kampus, gue hanya
bisa bertemu sama teman di kelas lain hanya sekali bahkan bisa tidak pernah
sama sekali, karena beda jadwal masuk kuliah, di kampus juga harus punya
tanggung jawab diri sendiri karena dosen tidak akan mencari lo walau nilai lo
sejelek apapun atau lebih jelek dari muka lo sendiri.
Teman-teman
gue ketika di SMA itu suka melakukan hal-hal yang ekstrem. Di suatu hari yang
indah, gue dan teman-teman di jam istirahat biasa nongkrong di teras depan
kelas. Biasanya gue dan teman-teman
habiskan jam istirahat dengan cara mengobrol-ngobrol, becanda-becanda,
tertawa-tertawa sampai siswa/siswi lain malas untuk melintas didepan kelas gue,
ibarat jagoan kampung gue dan teman-teman adalah jagoannya dan siswa/siswi lain
adalah warga kampung yang lagi belanja di pasar. Hari itu, tiba-tiba saja kami
semua bosan, sehingga Rizal mencoba mencari kegiatan yang bisa di lakukan untuk
menghabiskan waktu istirahat ini.
‘bosen
ni zal, gak tau apa yang mau dilakukan’ kata gue.
‘gue
juga bosan, apa lagi harus ngelihat muka lo setiap hari’ kata Rizal.
‘zal,
lo cari apa kek gitu yang bisa kita lakukan’ kata Arif. Saat itu gue nongkrong
dengan teman-teman cowok di kelas gue.
‘kalau
gitu kita makan aja yuk di kantin’ kata Putra.
‘lagi
kagak ada uang ni Put, lo mau neraktir gue’ kata gue, tidak lama setelah itu
datang lah Rio dari arah kantin.
‘wah,
yang baru siap makan kelihatannya kenyang banget ni’ tanya gue sambil
senyum-senyum.
‘so
pasti, kalian semua pasti belum makan kan?’ tanya Rio dengan nada sombong.
‘lo
tau dari mana kalau kami belum makan?’ tanya Arif.
‘dari
muka kalian semua yang mirip dengan orang yang gak makan 1 minggu’ kata Rio
sambil tertawa. ‘ gila ni bocah, baru
makan sehari aja dah sombong, gimana kalau dia makan setiap hari’ kata gue
dalam hati. Saat itu juga Rio mengatakan kalau di samping kelas itu ada sarang
tawon yang besar. Karena tidak ada yang percaya, gue dan teman-teman gue mencoba
melihat, dan ternyata memang ada sarang tawon yang besar. Bagi orang biasa
mungkin mereka akan menjauh ketika melihat sarang tawon yang besar. Namun, kami
adalah siswa petualang yang suka dengan tantangan sehingga kami coba untuk
melempar sarang tawon itu(tindakan bodoh, karena memang itu kumpulan
orang-orang idiot). efek yang terjadi setelah kami melempar sarang tawon itu
adalah hancurnya setengah dari sarang tersebut, sehingga membuat tawon-tawon
penghuni sarang itu beterbangan dan bahkan mengejar kami. Gue kira hanya di
filem-filem kartun saja yang memperlihatkan orang di kejar tawon/lebah,
ternyata itu memang benar terjadi apa bila kita mengganggu serangga tersebut.
‘LARI...........’
teriak Rizal. Ibarat ada bom yang meledak seperti itu lah kami semua lari
pontang panting menyelamatkan diri. cukup jauh kami melarikan diri dari kejaran
tawon-tawon itu dan akhirnya selamat. Namun, sayangnya Wawan kurang lincah
sehingga dia terpaksa menjadi korbat sengatan tawon. Ketika bel masuk berbunyi,
gue dan teman-teman gue dengan kecepatan 20 km/jam langsung berlari menuju
kedalam kelas.
‘gila
lo zal, gue kira lo Cuma becanda mau lempar tu sarang tawon, ternyata beneran’
kata gue sambil mencoba menarik nafas dalam-dalam sedalam lautan(gaya lebay
anal SMA).
‘ngapain
pakai becanda-becanda, kita kan lagi suntuk tapi’ kata Rizal sambil tertawa.
Pada waktu itu gue melihat Wawan hanya terdiam di tempat duduknya sambil
mengelus-ngelus kepalanya.
‘kenapa
lo wan?’ tanya gue sambil duduk di sebelahnya.
‘lo
gak nunggu-nunggu gue, lihat ni kepala gue disengat sama tawon sialan’ jawab
Wawan dengan nada kesakitan.
‘kata
orang dulu wan, kalau tawon/lebah menyengat kepala lo, ada kemungkinan entar
rambut lo kagak bisa tumbuh lagi’ kata gue sambil tertawa terbahak-bahak. Hari
itu gue rasa cukup untuk melakukan hal yang ekstrem, tawon/lebah yang lagi
marah itu seperti kumpulan peluru yang beterbangan yang siap mengenai siapa
saja. Buktinya tidak ada siswa/siswi yang berani melintas di depan kelas gue.
Gue kasihan ngelihat Wawan kesakitan karena kepalanya baru saja tersengat
tawon, apa lagi ketika jam pelajaran
berlangsung kerjaannya hanya mengelus-elus kepalanya yang tersengat tawon itu.
Sepulang
sekolah, tawa akan kejadian tadi masih tersisa, sehingga di perjalanan menuju
parkiran gue dan teman-teman masih terus tertawa mengingat apa yang sudah
terjadi. Kalau orang lain melihat, kami ini mirip seperti kumpulan orang idiot
yang tertawa tidak henti-henti.
Keesokan
harinya, gue bangun pagi setelah itu gue mengikuti saran yang ada di lagu
anak-anak, seperti bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi habis
mandi ya gue pakai baju dan langsung menuju sekolah, tapi tidak lupa salam
tangan orangtua. Gue berangkat kesekolah itu bersama teman gue, jadi gue
sempatkan untuk menjemputnya ,nama teman gue itu Riko.
Sesampainya
di sekolah, perasaan gue legah karena gue tidak telat datang. Sekolah gue keren
karena ketika masuk ke dalam gerbang sekolah, murid SMA harus terlebih dahulu
mengscan kartu pelajar supaya nama mereka terabsen di hari itu. waktu masuk
kelas masih lama sehingga gue dan teman-teman sempat nongkrong di teras depan
kelas lagi.
‘gimana
kabar lo wan?’ tanya gue.
‘untung
aja bengkaknya udah mendingan, kalau kagak gue gak datang hari ini’ jawab
Wawan.
‘gimana
kalau kita olahraga pagi, mau gak?’ tanya Rizal.
‘olahraga
apa ni zal’ tanya gue, dengan pandangan curiga.
‘olahraga
ekstrem lah, lempar tawon sembunyi ke kelas’ kata Rizal sambil tertawa. ‘kalau
gak salah dengar itu mirip peribahasa ,lempar batu sembunyi tangan’ kata gue
dalam hati. Pada pagi itu kumpulan orang idiot itu mulai bersiap untuk olahraga
pagi ekstrem, yang perlu dipersiapkan hanya lah, batu,lokasi lari, kecepatan,
dan nyali yang besar.
‘SIAP.....’teriak
Rizal. Saat itu semua ambil posisi untuk melarikan diri karena resiko bagi yang
tidak cepat berlari adalah bengkak-bengkak di badan akibat sengatan tawon yang
marah.
‘LARI.......’
teriak Rizal. Batu pun di lemparkan ke arah sarang tawon tersebut dan tepat
mengenai sarang itu sehingga tawon-tawon mulai beterbangan lagi. perkiraan gue
akan jam masuk ternyata salah, ketika batu itu terlempar ke sarang tawon, saat
itu juga bel masuk pun berbunyi. Ketakutan yang luar biasa membuat gue dan
kumpulan idiot itu lari pontang panting menyelamatkan diri, ada yang lari
kedalam kelas, dan ada yang berlari tanpa tujuan sampai ke belakang sekolah.
‘kita
mau kemana ni, bel udah berbunyi rif?’ tanya gue.
‘tenang
aja, guru kita lama tu masuk, yang penting selamatkan diri lo dulu’ kata Arif
sambil terus berlari menuju belakang sekolah. Entah karena lagi sialnya,
seorang guru melihat apa yang kami lakukan, sehingga menyebabkan kami menjadi
tersangka. Dari kejauhan terlihat Rizal berlari mendatangi gue.
‘gawat
ni’ kata Rizal.
‘gawat
kenapa?’ tanya gue.
‘Pak
Amin melihat kita melempar sarang tawon itu, dan dia langsung menuju keruangan
Pak Mail’ jawab Rizal dengan cemasnya. Saat itu gue,Arif,dan Putra benar-benar
ketakutan, ibarat penyakit ini sudah masuk stadium 4. Pak Mail adalah Guru yang
menangani murid-murid yang membuat masalah di sekolah. Rasa takut yang luar
bisa membuat kami ber-4 bersembunyi agar tidak di panggil oleh Pak Mail.
‘yang
lainnya kemana zal?’ tanya gue sambil tetap mengendap-endap dibelakang sekolah.
‘Zarma
lari kedalam kelas,Tino juga masuk kekelas, sisanya bersembunyi di belakang wc’
jawab Rizal. Walau sudah bersembunyi tapi tetap saja kami semua tertangkap oleh
Pak Mail. Tentu saja ketangkap namanya juga masih di sekitar sekolah, koruptor
saja yang lari sampai keluar Negeri saja bisa ketangkap apa lagi yang hanya
bersembunyi di sekitar TKP. kami semua di kumpulkan di bawah tiang bendera,
disana kami di introgasi soal pelemparan sarang tawon itu. ‘mungkin aja salah
satu tawon ada yang mengadu ke Pak Mail, sehingga kita ketahuan ni’ kata gue.
‘iya,
tawon raksasa yang mengajar bahasa Arab yaitu Guru kita Pak Amin, dia yang barusan
mengadukan kita’ kata Rizal.
‘apa
yang kalian lakukan, baru saja pagi sudah membuat masalah. Kenapa kalian
melempar sarang tawon itu, kalian tau sendiri kalau sarang itu di ganggu
tawon-tawonya itu akan beterbangan dan menyerang orang-orang’ kata Pak Mail
dengan kesalnya.
‘habis
tawon itu duluan pak yang menyerang kami, ni kepala saya disengatnya’ kata
Wawan. Walau sudah mengaku tapi tetap saja kami semua di hukum dengan cara di
jemur. ‘terlalu ni Pak Mail, dah tau gue ini hitam, eh malah di jemur, entr
kalau tambah hitam kalau malam gak ada yang bisa ngelihat gue siapa yang mau
bertanggung jawab’ kata gue dalam hati. Cukup
lama gue dan teman-teman gue di jemur, terlebih lagi mataharinya sangat
mendukung Pak Mail karena pada saat itu mataharinya sangat cerah, panas dan
menyilaukan mata. Di jam istirahat gue dan teman-teman masih tetap dijemur
sehingga saat itu gue dan teman-teman menjadi tontonan siswa/siswi lain yang
lagi istirahat.
‘kapan
lah kita selesa di hukum, gue ngerasa jadi daging panggang ni’ kata Arif.
‘nikmatin
aja, kapan lo bisa jadi artis, lihat tu satu sekolah pada ngelihatin kita ni’
kata gue sambil tertawa. kalau gue fikir-fikir mungkin baru kali ini ada kelas
di SMA gue yang isinya cewek semua, karena cowoknya pada di hukum satu kelas
akibat olahraga pagi yang ekstrem. Bel masuk pun berbunyi semua siswa/siswi
masuk kekelasnya untuk belajar. Namun, nasib gue dan teman-teman masih berlum
berubah, di jemur berjam-jam serasa menjadi daging panggang.
‘lagi
sunyi ni, kenapa kita gak duduk aja tu di samping ruang guru, disana teduh gak
panas’ kata gue menyakinkan teman-teman gue.
‘gila
lo, kalau Pak Mail datang bisa di cincang kita’ kata Wawan.
‘gak
bakal dow ,kita coba aja’ kata gue , sambil berjalan menuju samping ruang guru.
Setiap tindakan pasti harus ada yang bergerak lebih dulu supaya yang lain ikut
bertindak seperti itu lah yang terjadi, akhirnya semua teman gue pada ikut
berteduh. Cukup lama berteduh sampai akhirnya Pak Mail mendatangi kami.
‘siapa
yang menyuruh kalin untuk berteduh?’ tanya Pak Mail.
‘kami
semua minta maaf pak, kami gak akan buat seperti itu lagi, kami benar gak kuat
pak, panas banget’ kata gue dengan muka yang penuh harapan dikasihi. Ternyata apa
yang gue lakukan tidak lah sia-sia, Pak Mail akhirnya mencabut hukumannya dan
memperbolehkan kami masuk kekelas dengan perjanjian tidak akan mengulanginya
lagi. Menurut sebuah pribahasa ‘dikasih hati minta jantung’ begitulah kami,
sudah di kasih masuk kelas tetap saja duduk-duduk di samping ruang guru itu.
masa SMA adalah masanya Narsis sehingga pada saat itu gue dan teman-teman gue
sempatkan untuk berfoto-foto.
Keesokan
harinya, gue telat bangun akibat kecapekan di jemur kemarin, karena terlambat
bangun sarapan pun tidak sempat. Saat itu gue langsung berangkat, langsung
kerumah Riko untuk menjemputnya. Di perjalanan menuju sekolah gue melihat benda
berwarna hijau melayang terbawa angin dan jatuh ketepi jalan, saat itu juga gue
langsung meminta Riko menepikan motor, karena pada saat itu Riko yang menyetir.
‘ada
apa ki, kok tiba-tiba lo nyuruh gue menepi?’ tanya Riko dengan penasarannya.
‘tenang
aja, gue baru ngelihat sesuatu’ jawab gue sambil turun dari motor dan pergi
menuju kearah benda berwarna hijau itu. ternyata apa yang gue lihat itu sesuai
dengan apa yang gue harapkan.
‘ini
dia yang gue lihat itu’ kata gue sambil memperlihatkan benda itu ke Riko.
‘ha,
tajam banget mata lo ki,bisa lo ngelihat uang 20rb itu di jalanan ini’ kata Riko
sambil tertawa. saat itu perjalanan menuju ke sekolah di lanjutkan. Sesampainya
di perkiran sekolah, gue dan Riko langsung berlari menuju gerbang sekolah. Namun,
semua itu sia-sia, ternyata harga masuk
gerbang sekolah itu adalah 20rb Rupiah, karena sejak gue menemukan uang itu gue
telat, biasanya gue tidak pernah telat masuk sekolah. Siswa/siswi yang telat
datang akan dikurung di luar gerbang sekolah, tidak hanya itu saja, siswa/siswi
juga mendapat hukuman dikurung diluar gerbang selama 2 jam pelajaran dan 1 jam
di jemur dibawah tiang bendera. Setelah menjalankan semua hukuman, dengan
energi yang tersisa gue menuju kedalam kelas gue. hari itu hari sial buat gue.
Di kelas
3 SMA , kumpulan idiot ini masih tetap ada, kumpulan idiot ini beranggotakan semua
anak cowok di kelas gue. kumpulan idiot ini juga memiliki team futsal kelas. Team
ni selalu mengikuti setiap pertandingan yang di ada di sekolah ini. Team ini
adalah team futsal yang tidak terkalahkan di SMA gue, karena tidak terkalahkannya
belum pernah ada tema futsal lain yang
pernah mengalahkan rekor kalah tanpa menang sekali pun. Sejak team ini di
bentuk, belum pernah merasakan yang namanya manis kemenangan dalam tanding
futsal. Namun, gue bangga berada di team itu, disaat team-team lain kalah,
mereka akan sedih bahkan langsung pulang kerumah mereka masing-masing, tapi
team futsal gue ini berbeda, entah karena sudah terbiasa kalah atau karena
terlalu ikhlas sehingga mau kalah atau pun menang, kami semua tetap mereyakan
dengan makan-makan dan tetap tertawa bersama. Menurut gue, kalah menang itu
biasa, bukan kemenangan yang di cari tapi kebersaman lah yang sangat di
perlukan untuk sebuah team.
Pertandingan
sering diadakan di sekolah gue ketika selesai ujian semester. Pertandingan pun
cukup banyak, mulai dari futsal, basket,volly dan takraw. Tapi kali ini team
gue lebih fokus ke pertandingan takraw sehingga tiap hari gue dan teman-teman
belatih takraw dimana saja, mulai dari depan kelas, lapangan takraw, sampai
didalam kelas.
Mungkin karena belum waktunya untuk menang sehingga team
takraw kelas gue langsung kalah dalam satu pertandingan, untuk merayakan
kekelahan itu, gue dan teman-teman membuat acara tur ke salah satu Mal di
Pekanbaru yang di ikuti oleh team takraw kelas gue saja. Kebetulan hari itu
adalah hari sabtu dan tentu saja malamnya malam minggu.
Malam harinya
semua peserta tur berkumpul di rumah teman gue yang bernama Ringgo, karena
semua peserta tur sudah lengkap, kami pun mulai berangkat menuju Mal itu.
sesampainya di Mal, gue dan teman-teman bingung mau mencari apa di dalam Mal
itu.
‘kita
mau kemana ni?’ tanya gue.
‘ya
jalan-jalan aja, cuci mata’ jawab Arif.
Akhirnya kami semua memang melakukan tur di dalam Mal itu,
ibarat tur sungguhan, kami masuk satu persatu kedalam setiap toko yang menjual alat-alat
olahraga, bahkan tidak hanya sekali saja melintasi tempat yang sama, ada
beberapa kali kami melewati lokasi yang sama sehingga beberapa penjaga toko
melihat kami terus. Cukup lama bolak-balik layaknya anak hilang, kami akhirnya
memutuskan untuk makan. Namun, bukan makan di dalam Mal itu. kami semua
memutuskan mencari makan di luar Mal di rumah makan yang terlihat murah saja,
maklum gue dan teman-teman gue ini bukan anak dari orang kaya.
‘kenapa
kita gak makan di dalam Mal aja?’ tanya gue.
‘gila
lo, kantong gue lagi bokek, lo ada uang buat neraktir kami semua’ jawab Rizal.
‘ya
kita kumpulin uang lah, kan ada tu paket yang murah, ayam 5 nasi 5 minuman 5,
jadi satu piring berdua kita’ kata gue
sambil tertawa.
‘lo
aja, gue kagak mau’ kata Arif. Lama mencari rumah makan yang murah, akhirnya
ketemu juga dan kami mengisi tenaga untuk tur berikutnya. Selesai makan gue dan
teman-teman gue pergi untuk tur berikutnya, kali ini tur kami bertemakan
kuliner malam. Mencari kuliner malam yang murah tidak lah mudah, sampai Ringgo
akhirnya memberi tau tempat makan yang murah dan enak.
‘kita makan
kebab sama sekoteng aja yuk, dari pada gak ada tujuan gini’ kata Ringgo.
‘murah
gak?’ tanya Arif.
‘murah
kok, santai aja lah rif’ balas Ringgo. Saat itu semuanya pergi menuju tempat
kuliner malam yang dikatakan Ringgo itu.
‘oo..
disini ya tempatnya, gue sering ngelihat kebab turki ini, tapi gak pernah beli’
kata gue.
‘Makanya
gue ajak lo kesini’balas Ringgo. Semua teman gue pada beli kebab turki,
sedangkan gue dan Arif tidak memiliki uang yang cukup sehingga hanya membeli
sekoteng saja.
‘gue
baru sekali ini beli sekoteng rif’ kata gue.
‘gue
juga’ balas Arif.
Baru sekali mencoba gue rasa gue tidak akan mau mencoba
lagi, karena ketika gue meminum sekoteng itu mulut gue serasa terbakar, rasa
panas sekoteng dan rasa pedas yang luar biasa.
‘gila
ni sekoteng, penas benget, ini mah jus cabe bukannya sekoteng ni’ kata gue
sambil mengipas-ngipas lidah yang kepedasa.
‘gila,
gue gak sanggup meminumnya dow’ kata Arif. Untung saja pada saat itu teman-teman gue yang
lain ada, sehingga gue paksa mereka untuk meminum sekoteng itu dari pada
terbuang percuma. selesai makan kebab dan minum sekoteng kami semua pergi
pulang kerumah masing-masing, karena memang waktu sudah menunjukkan tengah
malam. Malam itu adalah malam yang luar biasa, tur jalan-jalan yang
menyenangkan yang mungkin saja tidak akan pernah terjadi lagi. setelah tamat
SMA gue dan teman-teman idiot sudah jarang berkumpul lagi. mereka semua sibuk
mengurus kehidupan mereka masing-masing, ada yang kuliah dan ada juga yang
kerja. Itu lah akhir dari kebersamaan di masa SMA dulu dan sekarang semua telah
berubah tinggal kenangan yang hanya bisa di ingat dan di ceritakan.
No comments:
Post a Comment