Sunday, 16 November 2014

Ramalan Bodoh

Ramalan Bodoh

Malam itu gue lagi duduk di depan televisi. Duduk dengan muka penuh nafsu untuk ngambil remote televisi dari tangan penjajah kecil.

                “ganti lah acaranya, dari tadi sinetron terus”kata gue sewot.
                “enggak mau!!!!”jawab Risma, adek gue yang masih SD.

Ternyata virus sinetronia sudah meracuni kepala adek gue, sehingga  dia kecanduan dengan yang namanya sinetron. Gue selalu bingung dengan orang-orang yang suka sinetron.  Pada hal yang gue tahu, film sinetron adalah film yang selalu memperlihatkan aib seseorang di dalam rumah tangga. Seorang suami yang berantem dengan istri, seorang istri yang berantem sama suami, dan seorang suami yang berantem sama polisi karena ngeganggu mereka yang lagi berantem. Ngelawan penjajah kecil ini susah-susah gampang. Gampangnya gue buka dompet, terus ngasih adek gue uang 20rb agar dia pindah nonton televisi kekamarnya, atau cara susahnya gue harus tarik menarik remote televisi sampai salah satu dari kami dimarahi sama nyokap.


                Berjam-jam gue terpaksa menonton sinetron, sampai akhirnya nyokap ngajakin adek gue nonton di kamarnya. Perasaan yang gue rasaian pada saat itu adalah serasa terbebas dari penjara bawah tanah.  Malam itu gue langsung megang remot dan mencetin tombol remot berharap ada film yang layak untuk di tonton. Namun, setelah beberapa menit, tidak ada satupun film yang menarik perhatian gue.  sampai akhirnya pencarian gue terhenti dengan ditemukannya film Harry potter di salah satu stasiun televisi. Film yang beberapa kali mendapatkan penghargaan ini, sudah banyak meluncurkan novel beserta filmnya. Menjadi seorang penyihir yang bisa melakukan apa saja adalah keinginan banyak orang, termasuk gue. Bahkan di saat tidur, gue berdoa agar besok ketika bangun, gue udah memiliki kekuatan sihir.

                 Keesokan harinya, gue tersadar tengah lagi tidur dilantai, pada hal seingat gue, gue tidur di atas tempat tidur. Saat itu juga gue langsung membuat  dua teori. Teori pertama, doa gue terkabul dan gue melayang semalaman terus jatuh kelantai. Atau teori kedua, gue tidur layaknya cacing kesiram bensin, lalu jatuh dari tempat tidur.

                Bangun pagi untuk kuliah adalah salah satu ketidak adilan dalam perkuliahan selain tugas yang menumpuk. Peraturan perkuliahan zaman sekarang, sudah mulai disamakan dengan peraturan di masa SMP dan SMA. Masuk pagi pulang sore, baju rapi celana kain, kalau tugas, jangan pernah di tanya. Gue lebih milih belajar semasa SMP dan SMA,dibandingkan harus ngerjain tugas kuliah yang satu tugas dari satu dosen, setara dengan dua minggu belajar di masa SMA. Terlebih lagi, setelah tamat kuliah, gak ada satu pun dosen yang menjamin mahasiswanya bakalan dapat kerja.

                Pagi itu, gue datang lebih awal agar bisa duduk di kursi belakang. Kursi impian banyak mahasiswa yang sejenis dengan gue (Takut di tanya Dosen). Datang dengan frekuensi kesadaran yang masih 50% membuat muka gue lebih mirip kayak gembel yang menjerit histeris ketangkap Dinas Sosial.

          “woii!!, pagi baru, udah menung aja lo”kata Tono yang lagi duduk disebelah gue.
           “lah, jadi mau gimana?, gue harus teriak-teriak kayak cewek kejambret gitu?”tanya gue.
           “ya enggak juga sih”kata Tono. “oiya lo udah buat tugas belum?”

Mendengar pertanyaan yang angker itu, membuat mata gue yang tadinya mengantuk menjadi terbuka lebar(kaget).
                “emang ada tugas no?”tanya gue cemas.
                “enggak sih”jawab Tono dengan santai.
                “jadi,yang lo bilang tadi tu apa?”tanya gue bingung.
                “gue kan Cuma nanya aja, bukan berarti ada tugas kan”jawab Tono santai.
                “kamprettttttt!!!! Lo no”kata gue sewot.

Menit demi menit, satu demi satu, mahasiswa di kelas gue mulai berdatangan layaknya semut didalam sarang. Kelas yang tadinya dingin diterpa udara AC, sekarang menjadi panas akibat mahasiswa yang belum mandi, kecuali gue.

                “ki, lihat tu Aldo, senyum-senyum sendiri”bisik Tono.
                “jadi mau di apain?”tanya gue jutek.
                “is, lo jutek amat sih”kata Tono sewot.
                “jadi..mau di apain sayang...”kata gue sok imut.
                “is, lo gay ya”
               “lo tu yang gay. kalau dia senyum-senyum sendiri berarti dia lagi bahagia, jadi biarin aja dia bahagia”kata gue sewot.

Saat itu juga, Aldo langsung mengambil tempat duduk disebelah kanan gue dan di sebelah kiri gue ada Tono. Dalam arti hari-hari gue akan menjadi hari yang paling buruk selama hidup gue. berada diantar teman super idiot.

                “ki, lo tau gak, gue lagi seneng ni”kata Aldo sambil tersenyum.
                “gak tau”jawab gue datar.
                “jutek amat lo, lagi M ya”kata Aldo.
                “jadi, mau lo gue ngapain ni?”tanya gue.
              “yaudah lah, gue gak jadi cerita. Pada hal, gue mau ngajakin lo ketemu teman gue, dia pandai ngeramal, buktinya ramalan dia kegue selalu tepat”kata Aldo.

                “ha!!, bener do???”tanya gue heboh.
                “entah, gue lupa tu”jawab Aldo jutek.
                “jangan merajuk dong, sorry-sorry, gue lagi badmod ni”jelas gue.
           “iya, teman gue pandai ngeramal, dua kali dia ngeramal gue, dua kali beneran terjadi. Beberapa hari yang lalu, dia ngeramalkan gue bakalan punya hape baru, dan ternyata gue beneran punya hape baru . Terus  beberapa hari yang lalu juga, dia ngeramal gue bakalan jadian sama sinta, dan tadi pas gue nembak dia, sinta nerima cinta gue”jelas Aldo.

                “wah, keren tu, gue juga mau di lamar dong”kata Tono.
                “RAMAL BEGO!!!, bukan LAMAR. Gak ada yang mau ngelamar lo”kata gue, stres.
                “sorry, salah dikit pun ki. Sensi amat sih”kata Tono.
                “jadi, kapan lo mau ngenalin ke gue do, gue ingin di ramal ni, gue penasaran dengan masa depan. Gue takut masa depan gue suram”jelas gue ke Aldo.

                “entar pulang ngampus kita ketemuan dengan teman gue itu”kata Aldo memberi harapan.
Semangat akan ramalan masa depan membuat gue menjadi gelisah. Saat jam kuliah, fikiran gue hanya tertujuh ke jam pulang. Setiap menit, hanya jam yang gue lihat. Sesekali gue juga ngelihat Susi, cewek cantik yang di idam-idamkan sama Tono.  Beberapa jam menunggu, sampai akhirnya jam kuliah pun berakhir.

                “Ayuk do, gue gak sabar ni mau di ramal”kata gue menarik Aldo.
                “sabar, buku gue aja belum di masukin ke dalam tas”kata Aldo.
                “enak aja, itu buku gue maling”kata Tono, menyalip perkataan Aldo.
                “eh, lupa”

Akhirnya, dengan semangat yang berkobar-kobar, gue, Tono dan Aldo pergi menuju kantin tempat biasa temannya Aldo makan.

                “mana do?”
                “sabar, gue lagi sms dia ni”kata Aldo. “ha!!, itu dia, ayuk kesana”

Dari kejauhan, gue ngelihat seorang cowok berkacamata bulat plus gede tengah duduk sendiri di pojokan kantin sambil makan mie goreng. Dan hal yang terlintas di pikiran gue pada saat itu adalah, kalau cowok itu, adalah seorang gay penggila mie goreng yang kalau gak makan mie goreng, dia bakalan ngamuk dan narik-narik rambut orang.

                “hay Retno, apa kabarni?”tanya Aldo.
                “boaaiikikk”jawab Retno, cowok berkacamata itu.

Bicara dengan mulut penuh mie goreng membuat perkataannya sangat tidak jelas, atau bisa di bilang, kayak orang pedalaman tenggelam disumur.

                “ini teman gue, Yoki dan Tono”kata Aldo memperkenalkan gue ke teman anehnya itu.
                “nama gue Retno”jawabnya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Namun, ketika gue ngelihat kearah tangannya itu, niat gue buat berjabat tangan terpaksa gue urungkan. Karena, ditangannya penuh dengan kecap dan saus mie goreng.‘gila!! ni orang gak beres ni’ kata gue dalam hati.
                “eh maaf gue baru siap ngambil wudhu”kata gue,dengan alasan agar gak salaman.
                “oh, iya gpp”balas Retno yang akhirnya menarik tangannya kembali.

Siang itu Aldo menjelaskan kenapa kami mendatanginya. Awalnya Retno gak mau meramal gue. Namun, setelah gue ngeluarin uang 5000rupiah. Akhirnya dia mau juga.

                “dari uang gue baru bisa ngeramal lo, sini uangnya”kata Retno.
             “ini no”balas gue sambil menyerahkan uang gue. saat itu gue ngerasa menjadi korban gendam yang lagi marak diberitakan. Namun, karena Seumur hidup gue belum pernah yang namanya di ramal, jadi pada saat itu gue meng-iyakan apapun yang di katakan Retno. Walau sebenarnya yang di katakan Retno gak ada yang masuk ke akal atau hati gue.

                “tunggu, biar gue berkonsentrasi”jelas Retno sambil menggenggam uang 5000rupiah milik gue, sebenanya milik nyokap, Cuma karena uangnya di kasih ke gue, jadinya punya gue. Dengan gaya ala dukun di film mistis, Retno membacakan mantranya. Terlihat dari bibir monyongnya  yang komat-kamit.

                “do, emang gini ya cari ngeramalnya?”bisik gue ke Aldo.
                “iya, tunggu aja”jawab Aldo.
                “lo jomblokan, menurut pandangan gue,  lo gak bakal jomblo lagi”jelas Retno sambil tetap memejamkan matanya.

                “terus, kalau soal keuangan gimana no?”tanya gue penasaran.
                “lo, bakalan mendapat uang dijalan, dan nilai yang cukup besar”
                “kalau untuk masa depan setelah tamat kuliah gimana no?”tanya gue lagi.
           “lo bakal mendapat pekerjaan disuatu perusahaan yang besar, dengan gaji yang besar pula”jelas Retno. Ramalan yang indah dalam kehidupan gue membuat hari itu menjadi hari yang bahagia.
                Siang itu juga gue selesai di ramal, sedangkan Tono karena gak bawa uang, dia akhirnya batal di ramal. Ramalan yang ada didiri gue memiliki sisi positif yang indah. Gue bakal mendapat pacar, mandapat uang di jalan, dan bisa bekerja dengan gaji besar.

                Beberapa hari sejak saat itu, setiap gue pergi keluar rumah, gue selalu ngelihat ke bawah, berharap nemuin uang jatuh, yang sesuai dengan ramalan itu. setiap malam, gue juga mulai sering PDKT dengan Susi teman sekelas gue. karena, Retno juga meramalkan kalau gue bakalan gak jomblo lagi. hari demi hari, minggu demi minggu mulai berlalu, sampai akhirnya gue ngerasa kalau ramalan itu gak pernah terjadi.

         “do, teman lo tu ngibulin gue ya, soalnya gak ada satupun ramalan yang dia bilang terjadi”kata gue ke Aldo. Saat itu dosen belum datang.
        “gak mungkin ki, teman gue yang lain juga minta diramal sama dia, dan beberapa ramalannya terbukti loh”kata Aldo.
          “gue udah lama nungguin ni do”kata gue kesal.
       “lo kira ramalan tu sama ya kayak paket kiriman yang lo bisa tau kapan sampainya. Paket kiriman aja bisa telat, apa lagi ramalan ki”jawab Aldo dengan bijaknya.  Dengan bijaknya Aldo hari itu, gue mulai nyadar kalau otak Aldo ternyata ada isinya juga.

Hari itu, gue pulang kuliah dengan mud dibawah rata-rata orang normal(galau). Karena, tadi dikampus, gue beserta kelompok presentasi dimarahi habis-habisan oleh dosen, akibat presentasi gue gak memenuhi standar. Sampai kapan pun, kelompok gue, memang akan selalu begini, dimarahi dan dimaki dosen, karena anggota dari kelompok presentasi gue, tidak lain dan tidak bukan, hanya ada gue, Tono dan Aldo. Tiga anak SMP yang sok mau kuliah. Gue berharap kesialan gue cukup di kampus saja. Namun, doa gue tidaklah terkabul, di perjalan,  ban Motor  gue bocor dan lebih sialnya lagi, gak ada bengkel disekitar TKP(Tempat Kejadian Perkara). Mendorong motor tanpa tujuan yang pasti, membuat gue tahu gimana rasanya menjadi pengelana berkuda. Melawati hutan tanpa tujuan, dan hanya kuda yang menemani.

                Perjalanan gue mengarungi jalan raya, terus gue lalui. Sampai akhirnya, gue ngelihat sebuah kerajaan yang di huni oleh seorang manusia yang berpakaian robek-robek dan muka penuh coretan hitam sedang duduk sambil menenggelamkan sesuatu kedalam ember yang  berisikan air. Tanpa membuang waktu, gue langsung pergi  menuju tempat itu.

                “bang, bisa nambal ban disini?”
                “bisa dek”jawab Tukang Tambal.

Akhirnya bengkel ini penyelamat gue. cukup lama gue nunggu ban motor gue di tambal, tiba-tiba Tukang Tambalnya manggil gue.

                “wah!!, ini harus di ganti baru dek, gak bisa di tambal bannya”kata Tukang Tambal.
                “yaudah, ganti aja bang, yang penting bisa pulang”jawab gue pasrah.

Setelah mengatakan hal tersebut, perasaan takut mulai terasa. ‘waduh, berapa ya biayanya entar?’ tanya gue dalam hati, sambil ngelihat isi dompet.

                “udah, siap ni dek”kata Tukang Tambal.
                “jadi berapa bang ?”tanya gue.
                “60ribu dek”jawab Tukang Tambal.

Kaget bercampur kawatir, mulai gue rasain. Gue takut gak bisa bayar uang ganti ban dalam motor, terus gue bakalan diapa-apain sama Tukang Tambal Ban. Sambil ngorek-ngorek dompet, gue berharap ada uang  yang keselip, dan akhirnya harapan gue terkabul, ada uang 100ribu yang keselip diantara KTP dan STNK gue.

                Hari itu adalah hari sial buat gue. Namun, kesialan itu mulai bercampur indah, setelah gue dapat BBMan dari Susi. ‘Susi, lo emang bidadari gue’kata gue dalam hati. Di kamar, gue terus BBMan dengan Susi, PDKT gue yang sudah beberapa minggu, membuat gue ngerasa kalau hari itu adalah hari yang tepat untuk ngungkapin perasaan gue ke Susi.  Tanpa ragu dan tanpa malu, gue langsung menelepon Susi. Gue menceritakan semua tentang isi hati gue, dan sampai pada akhirnya gue katakan cinta ke Susi.

                “lo, mau gak jadi pacar gue?”
               “aduh maaf ki, bukan gue nolak lo. Tapi gue ngerasa kalau kita itu lebih baik jadi sahabat aja ya, lo lebih asik kalau  jadi sahabat. Maafin gue ya”jawab Susi, melalui telepon.

Bagai dicakar bengcong tengah malam, hati gue tergores luka.

Malam harinya, gue gak bisa tidur, semua kisah sial hari ini terbayang di pikiran gue. mulai dari dimarahi dosen, uang gue habis, sampai cinta gue yang gagal. Di tengah kegalauan itu, gue teringat dengan Rika, teman BBMan gue, yang sampai sekarang belum pernah ketemuan. Tanpa ragu, gue langsung menelepon Rika, mungkin dengan bicara dari telepon gue bisa curhat tentang hari ini.

                “Tun....Tun..,Tun...Tun...”bunyi nada tunggu.
                “Halo”
                “halo ika, lo belum tidur kan?”tanya gue.
                “belum. Tumben lo nelepon gue?”kata Rika.
                “gue mau curhat ni, boleh kan”balas gue.
                “ya curhat aja, tapi cepat ya, soalnya gue mau tidur”kata Rika.
                “iya-iya...”

Malam itu, gue menceritakan semua kisah gue hari ini ke Rika, termasuk kisah tentang ramalan Retno yang sampai sekarang belum terbukti adanya.

                “lo berapa tahun sih tinggal di kota, kok percaya sama gituan”kata Rika.
                “Cuma coba-coba sih ka, tapi lama-lama jadi kepikiran juga”kata gue dari telepon.
                “menurut gue, ramalan yang ada sama lo itu, semuanya udah terjadi. Cuman, apa yang terjadi adalah kebalikan dari ramalan itu”kata Rika.
                “maksud lo ka?, gue gak ngerti dow”tanya gue bengong.
               “bego amat sih. Lo diramalkan bakalan dapat uang di jalan, ramalan itu udah terjadi. Namun, bukannya lo dapat uang, tapi elo yang ngeluarin uang. Sama halnya dengan punya pacar, lo malah di tolak kan, terus yang lo bakalan jadi sukses, di kampus aja lo dah sering dimarahi dosen. Semua udah terjadi, Cuma dalam kebalikan”jelas Rika.

                “iya juga ya ka. Tapi Aldo teman gue kok ramalannya tepat ya?”kata gue tambah bengong.
                “pasti kebetulan”kata Rika. “yaudah ya, gue ngantuk banget ni, bye ki”
                “iya, bye juga ka”balas gue.

Sejak malam itu, gue mulai melupakan segala ramalan bodoh yang Retno katakan. Gue lebih fokus dengan diri gue sendiri. Soal ramalan Aldo, gue baru ingat,  beberapa bulan yang lalu, dia emang sudah menabung uang untuk membeli hape, dia bahagia karena nyokapnya nambahin dia uang sehingga bisa langsung beli hape impiannya itu, sangking bahagiannya dia lupa kalau semuanya emang sudah dia ramalkan sendiri tanpa perlu ramalan dari Retno dan soal cintanya yang diterima, jawabannya karena mereka saling suka.  Belakangan gue baru tahu, kalau Retno tidak punya kekuatan supranatural apapun. Dia hanya mahasiswa penggila film horor dan film harry potter, yang bercita-cita menjadi penyihir.

                Sekarang gue baru tahu, kalau semua manusia itu bisa menjadi seorang peramal untuk dirinya sendiri. Meramalkan tentang nasibnya sekarang, maupun masa depan. Tinggal bagaimana peramal itu mewujudkan ramalannya, apa dengan menunggu waktu yang akan merubah, atau dengan usaha, kerja keras, dan doa. Semua punya pilihannya masing-masing, yang perlu kita ketahui, bahwa kehidupan ini adalah sebuah ramalan yang patut untuk kita wujudkan.


Penulis             : Yoki Merkuri
Twitter             : @yoki_ym




No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...