Ramalan Bodoh
Malam
itu gue lagi duduk di depan televisi. Duduk dengan muka penuh nafsu untuk
ngambil remote televisi dari tangan penjajah kecil.
“ganti
lah acaranya, dari tadi sinetron terus”kata gue sewot.
“enggak
mau!!!!”jawab Risma, adek gue yang masih SD.
Ternyata virus sinetronia sudah meracuni kepala adek
gue, sehingga dia kecanduan dengan yang
namanya sinetron. Gue selalu bingung dengan orang-orang yang suka
sinetron. Pada hal yang gue tahu, film
sinetron adalah film yang selalu memperlihatkan aib seseorang di dalam rumah
tangga. Seorang suami yang berantem dengan istri, seorang istri yang berantem
sama suami, dan seorang suami yang berantem sama polisi karena ngeganggu mereka
yang lagi berantem. Ngelawan penjajah kecil ini susah-susah gampang. Gampangnya
gue buka dompet, terus ngasih adek gue uang 20rb agar dia pindah nonton
televisi kekamarnya, atau cara susahnya gue harus tarik menarik remote televisi
sampai salah satu dari kami dimarahi sama nyokap.
Berjam-jam
gue terpaksa menonton sinetron, sampai akhirnya nyokap ngajakin adek gue nonton
di kamarnya. Perasaan yang gue rasaian pada saat itu adalah serasa terbebas
dari penjara bawah tanah. Malam itu gue
langsung megang remot dan mencetin tombol remot berharap ada film yang layak
untuk di tonton. Namun, setelah beberapa menit, tidak ada satupun film yang
menarik perhatian gue. sampai akhirnya
pencarian gue terhenti dengan ditemukannya film Harry potter di salah satu
stasiun televisi. Film yang beberapa kali mendapatkan penghargaan ini, sudah
banyak meluncurkan novel beserta filmnya. Menjadi seorang penyihir yang bisa
melakukan apa saja adalah keinginan banyak orang, termasuk gue. Bahkan di saat
tidur, gue berdoa agar besok ketika bangun, gue udah memiliki kekuatan sihir.
Keesokan harinya, gue tersadar tengah lagi
tidur dilantai, pada hal seingat gue, gue tidur di atas tempat tidur. Saat itu
juga gue langsung membuat dua teori.
Teori pertama, doa gue terkabul dan gue melayang semalaman terus jatuh
kelantai. Atau teori kedua, gue tidur layaknya cacing kesiram bensin, lalu
jatuh dari tempat tidur.
Bangun
pagi untuk kuliah adalah salah satu ketidak adilan dalam perkuliahan selain
tugas yang menumpuk. Peraturan perkuliahan zaman sekarang, sudah mulai
disamakan dengan peraturan di masa SMP dan SMA. Masuk pagi pulang sore, baju
rapi celana kain, kalau tugas, jangan pernah di tanya. Gue lebih milih belajar
semasa SMP dan SMA,dibandingkan harus ngerjain tugas kuliah yang satu tugas
dari satu dosen, setara dengan dua minggu belajar di masa SMA. Terlebih lagi,
setelah tamat kuliah, gak ada satu pun dosen yang menjamin mahasiswanya bakalan
dapat kerja.
Pagi
itu, gue datang lebih awal agar bisa duduk di kursi belakang. Kursi impian
banyak mahasiswa yang sejenis dengan gue (Takut di tanya Dosen). Datang dengan
frekuensi kesadaran yang masih 50% membuat muka gue lebih mirip kayak gembel yang
menjerit histeris ketangkap Dinas Sosial.
“woii!!,
pagi baru, udah menung aja lo”kata Tono yang lagi duduk disebelah gue.
“lah,
jadi mau gimana?, gue harus teriak-teriak kayak cewek kejambret gitu?”tanya gue.
“ya
enggak juga sih”kata Tono. “oiya lo udah buat tugas belum?”
Mendengar pertanyaan yang angker
itu, membuat mata gue yang tadinya mengantuk menjadi terbuka lebar(kaget).
“emang
ada tugas no?”tanya gue cemas.
“enggak
sih”jawab Tono dengan santai.
“jadi,yang
lo bilang tadi tu apa?”tanya gue bingung.
“gue
kan Cuma nanya aja, bukan berarti ada tugas kan”jawab Tono santai.
“kamprettttttt!!!!
Lo no”kata gue sewot.
Menit demi menit, satu demi satu,
mahasiswa di kelas gue mulai berdatangan layaknya semut didalam sarang. Kelas
yang tadinya dingin diterpa udara AC, sekarang menjadi panas akibat mahasiswa
yang belum mandi, kecuali gue.
“ki,
lihat tu Aldo, senyum-senyum sendiri”bisik Tono.
“jadi
mau di apain?”tanya gue jutek.
“is,
lo jutek amat sih”kata Tono sewot.
“jadi..mau
di apain sayang...”kata gue sok imut.
“is,
lo gay ya”
“lo
tu yang gay. kalau dia senyum-senyum sendiri berarti dia lagi bahagia, jadi
biarin aja dia bahagia”kata gue sewot.
Saat itu juga, Aldo langsung
mengambil tempat duduk disebelah kanan gue dan di sebelah kiri gue ada Tono.
Dalam arti hari-hari gue akan menjadi hari yang paling buruk selama hidup gue.
berada diantar teman super idiot.
“ki,
lo tau gak, gue lagi seneng ni”kata Aldo sambil tersenyum.
“gak
tau”jawab gue datar.
“jutek
amat lo, lagi M ya”kata Aldo.
“jadi,
mau lo gue ngapain ni?”tanya gue.
“yaudah
lah, gue gak jadi cerita. Pada hal, gue mau ngajakin lo ketemu teman gue, dia
pandai ngeramal, buktinya ramalan dia kegue selalu tepat”kata Aldo.
“ha!!,
bener do???”tanya gue heboh.
“entah,
gue lupa tu”jawab Aldo jutek.
“jangan
merajuk dong, sorry-sorry, gue lagi badmod ni”jelas gue.
“iya,
teman gue pandai ngeramal, dua kali dia ngeramal gue, dua kali beneran terjadi. Beberapa hari yang lalu, dia ngeramalkan gue bakalan punya hape baru, dan
ternyata gue beneran punya hape baru . Terus
beberapa hari yang lalu juga, dia ngeramal gue bakalan jadian sama
sinta, dan tadi pas gue nembak dia, sinta nerima cinta gue”jelas Aldo.
“wah,
keren tu, gue juga mau di lamar dong”kata Tono.
“RAMAL
BEGO!!!, bukan LAMAR. Gak ada yang mau ngelamar lo”kata gue, stres.
“sorry,
salah dikit pun ki. Sensi amat sih”kata Tono.
“jadi,
kapan lo mau ngenalin ke gue do, gue ingin di ramal ni, gue penasaran dengan
masa depan. Gue takut masa depan gue suram”jelas gue ke Aldo.
“entar
pulang ngampus kita ketemuan dengan teman gue itu”kata Aldo memberi harapan.
Semangat akan ramalan masa depan
membuat gue menjadi gelisah. Saat jam kuliah, fikiran gue hanya tertujuh ke jam
pulang. Setiap menit, hanya jam yang gue lihat. Sesekali gue juga ngelihat
Susi, cewek cantik yang di idam-idamkan sama Tono. Beberapa jam menunggu, sampai akhirnya jam
kuliah pun berakhir.
“Ayuk
do, gue gak sabar ni mau di ramal”kata gue menarik Aldo.
“sabar,
buku gue aja belum di masukin ke dalam tas”kata Aldo.
“enak
aja, itu buku gue maling”kata Tono, menyalip perkataan Aldo.
“eh,
lupa”
Akhirnya, dengan semangat yang
berkobar-kobar, gue, Tono dan Aldo pergi menuju kantin tempat biasa temannya
Aldo makan.
“mana
do?”
“sabar,
gue lagi sms dia ni”kata Aldo. “ha!!, itu dia, ayuk kesana”
Dari kejauhan, gue ngelihat
seorang cowok berkacamata bulat plus gede tengah duduk sendiri di pojokan
kantin sambil makan mie goreng. Dan hal yang terlintas di pikiran gue pada saat
itu adalah, kalau cowok itu, adalah seorang gay penggila mie goreng yang kalau
gak makan mie goreng, dia bakalan ngamuk dan narik-narik rambut orang.
“hay
Retno, apa kabarni?”tanya Aldo.
“boaaiikikk”jawab
Retno, cowok berkacamata itu.
Bicara dengan mulut penuh mie
goreng membuat perkataannya sangat tidak jelas, atau bisa di bilang, kayak orang
pedalaman tenggelam disumur.
“ini
teman gue, Yoki dan Tono”kata Aldo memperkenalkan gue ke teman anehnya itu.
“nama
gue Retno”jawabnya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Namun, ketika
gue ngelihat kearah tangannya itu, niat gue buat berjabat tangan terpaksa gue
urungkan. Karena, ditangannya penuh dengan kecap dan saus mie goreng.‘gila!! ni
orang gak beres ni’ kata gue dalam hati.
“eh
maaf gue baru siap ngambil wudhu”kata gue,dengan alasan agar gak salaman.
“oh,
iya gpp”balas Retno yang akhirnya menarik tangannya kembali.
Siang itu Aldo menjelaskan kenapa
kami mendatanginya. Awalnya Retno gak mau meramal gue. Namun, setelah gue
ngeluarin uang 5000rupiah. Akhirnya dia mau juga.
“dari
uang gue baru bisa ngeramal lo, sini uangnya”kata Retno.
“ini
no”balas gue sambil menyerahkan uang gue. saat itu gue ngerasa menjadi korban
gendam yang lagi marak diberitakan. Namun, karena Seumur hidup gue belum pernah
yang namanya di ramal, jadi pada saat itu gue meng-iyakan apapun yang di
katakan Retno. Walau sebenarnya yang di katakan Retno gak ada yang masuk ke
akal atau hati gue.
“tunggu,
biar gue berkonsentrasi”jelas Retno sambil menggenggam uang 5000rupiah milik
gue, sebenanya milik nyokap, Cuma karena uangnya di kasih ke gue, jadinya punya
gue. Dengan gaya ala dukun di film mistis, Retno membacakan mantranya. Terlihat
dari bibir monyongnya yang komat-kamit.
“do,
emang gini ya cari ngeramalnya?”bisik gue ke Aldo.
“iya,
tunggu aja”jawab Aldo.
“lo
jomblokan, menurut pandangan gue, lo gak
bakal jomblo lagi”jelas Retno sambil tetap memejamkan matanya.
“terus,
kalau soal keuangan gimana no?”tanya gue penasaran.
“lo,
bakalan mendapat uang dijalan, dan nilai yang cukup besar”
“kalau
untuk masa depan setelah tamat kuliah gimana no?”tanya gue lagi.
“lo
bakal mendapat pekerjaan disuatu perusahaan yang besar, dengan gaji yang besar
pula”jelas Retno. Ramalan yang indah dalam kehidupan gue membuat hari itu
menjadi hari yang bahagia.
Siang
itu juga gue selesai di ramal, sedangkan Tono karena gak bawa uang, dia
akhirnya batal di ramal. Ramalan yang ada didiri gue memiliki sisi positif yang
indah. Gue bakal mendapat pacar, mandapat uang di jalan, dan bisa bekerja
dengan gaji besar.
Beberapa
hari sejak saat itu, setiap gue pergi keluar rumah, gue selalu ngelihat ke
bawah, berharap nemuin uang jatuh, yang sesuai dengan ramalan itu. setiap
malam, gue juga mulai sering PDKT dengan Susi teman sekelas gue. karena, Retno
juga meramalkan kalau gue bakalan gak jomblo lagi. hari demi hari, minggu demi
minggu mulai berlalu, sampai akhirnya gue ngerasa kalau ramalan itu gak pernah
terjadi.
“do,
teman lo tu ngibulin gue ya, soalnya gak ada satupun ramalan yang dia bilang
terjadi”kata gue ke Aldo. Saat itu dosen belum datang.
“gak
mungkin ki, teman gue yang lain juga minta diramal sama dia, dan beberapa
ramalannya terbukti loh”kata Aldo.
“gue
udah lama nungguin ni do”kata gue kesal.
“lo
kira ramalan tu sama ya kayak paket kiriman yang lo bisa tau kapan sampainya.
Paket kiriman aja bisa telat, apa lagi ramalan ki”jawab Aldo dengan
bijaknya. Dengan bijaknya Aldo hari itu,
gue mulai nyadar kalau otak Aldo ternyata ada isinya juga.
Hari itu, gue pulang kuliah
dengan mud dibawah rata-rata orang normal(galau). Karena, tadi dikampus, gue
beserta kelompok presentasi dimarahi habis-habisan oleh dosen, akibat presentasi
gue gak memenuhi standar. Sampai kapan pun, kelompok gue, memang akan selalu
begini, dimarahi dan dimaki dosen, karena anggota dari kelompok presentasi gue,
tidak lain dan tidak bukan, hanya ada gue, Tono dan Aldo. Tiga anak SMP yang
sok mau kuliah. Gue berharap kesialan gue cukup di kampus saja. Namun, doa gue
tidaklah terkabul, di perjalan, ban
Motor gue bocor dan lebih sialnya lagi,
gak ada bengkel disekitar TKP(Tempat Kejadian Perkara). Mendorong motor tanpa
tujuan yang pasti, membuat gue tahu gimana rasanya menjadi pengelana berkuda.
Melawati hutan tanpa tujuan, dan hanya kuda yang menemani.
Perjalanan
gue mengarungi jalan raya, terus gue lalui. Sampai akhirnya, gue ngelihat
sebuah kerajaan yang di huni oleh seorang manusia yang berpakaian robek-robek
dan muka penuh coretan hitam sedang duduk sambil menenggelamkan sesuatu kedalam
ember yang berisikan air. Tanpa membuang
waktu, gue langsung pergi menuju tempat
itu.
“bang,
bisa nambal ban disini?”
“bisa
dek”jawab Tukang Tambal.
Akhirnya bengkel ini penyelamat
gue. cukup lama gue nunggu ban motor gue di tambal, tiba-tiba Tukang Tambalnya
manggil gue.
“wah!!,
ini harus di ganti baru dek, gak bisa di tambal bannya”kata Tukang Tambal.
“yaudah,
ganti aja bang, yang penting bisa pulang”jawab gue pasrah.
Setelah mengatakan hal tersebut,
perasaan takut mulai terasa. ‘waduh, berapa ya biayanya entar?’ tanya gue dalam
hati, sambil ngelihat isi dompet.
“udah,
siap ni dek”kata Tukang Tambal.
“jadi
berapa bang ?”tanya gue.
“60ribu
dek”jawab Tukang Tambal.
Kaget bercampur kawatir, mulai
gue rasain. Gue takut gak bisa bayar uang ganti ban dalam motor, terus gue
bakalan diapa-apain sama Tukang Tambal Ban. Sambil ngorek-ngorek dompet, gue
berharap ada uang yang keselip, dan
akhirnya harapan gue terkabul, ada uang 100ribu yang keselip diantara KTP dan
STNK gue.
Hari
itu adalah hari sial buat gue. Namun, kesialan itu mulai bercampur indah,
setelah gue dapat BBMan dari Susi. ‘Susi, lo emang bidadari gue’kata gue dalam
hati. Di kamar, gue terus BBMan dengan Susi, PDKT gue yang sudah beberapa
minggu, membuat gue ngerasa kalau hari itu adalah hari yang tepat untuk
ngungkapin perasaan gue ke Susi. Tanpa
ragu dan tanpa malu, gue langsung menelepon Susi. Gue menceritakan semua
tentang isi hati gue, dan sampai pada akhirnya gue katakan cinta ke Susi.
“lo,
mau gak jadi pacar gue?”
“aduh
maaf ki, bukan gue nolak lo. Tapi gue ngerasa kalau kita itu lebih baik jadi
sahabat aja ya, lo lebih asik kalau jadi
sahabat. Maafin gue ya”jawab Susi, melalui telepon.
Bagai dicakar bengcong tengah
malam, hati gue tergores luka.
Malam harinya, gue gak bisa
tidur, semua kisah sial hari ini terbayang di pikiran gue. mulai dari dimarahi
dosen, uang gue habis, sampai cinta gue yang gagal. Di tengah kegalauan itu,
gue teringat dengan Rika, teman BBMan gue, yang sampai sekarang belum pernah
ketemuan. Tanpa ragu, gue langsung menelepon Rika, mungkin dengan bicara dari
telepon gue bisa curhat tentang hari ini.
“Tun....Tun..,Tun...Tun...”bunyi
nada tunggu.
“Halo”
“halo
ika, lo belum tidur kan?”tanya gue.
“belum.
Tumben lo nelepon gue?”kata Rika.
“gue
mau curhat ni, boleh kan”balas gue.
“ya
curhat aja, tapi cepat ya, soalnya gue mau tidur”kata Rika.
“iya-iya...”
Malam itu, gue menceritakan semua
kisah gue hari ini ke Rika, termasuk kisah tentang ramalan Retno yang sampai
sekarang belum terbukti adanya.
“lo
berapa tahun sih tinggal di kota, kok percaya sama gituan”kata Rika.
“Cuma
coba-coba sih ka, tapi lama-lama jadi kepikiran juga”kata gue dari telepon.
“menurut
gue, ramalan yang ada sama lo itu, semuanya udah terjadi. Cuman, apa yang
terjadi adalah kebalikan dari ramalan itu”kata Rika.
“maksud
lo ka?, gue gak ngerti dow”tanya gue bengong.
“bego
amat sih. Lo diramalkan bakalan dapat uang di jalan, ramalan itu udah terjadi.
Namun, bukannya lo dapat uang, tapi elo yang ngeluarin uang. Sama halnya dengan
punya pacar, lo malah di tolak kan, terus yang lo bakalan jadi sukses, di
kampus aja lo dah sering dimarahi dosen. Semua udah terjadi, Cuma dalam
kebalikan”jelas Rika.
“iya
juga ya ka. Tapi Aldo teman gue kok ramalannya tepat ya?”kata gue tambah
bengong.
“pasti
kebetulan”kata Rika. “yaudah ya, gue ngantuk banget ni, bye ki”
“iya,
bye juga ka”balas gue.
Sejak malam itu, gue mulai melupakan
segala ramalan bodoh yang Retno katakan. Gue lebih fokus dengan diri gue
sendiri. Soal ramalan Aldo, gue baru ingat, beberapa bulan yang lalu, dia emang sudah
menabung uang untuk membeli hape, dia bahagia karena nyokapnya nambahin dia
uang sehingga bisa langsung beli hape impiannya itu, sangking bahagiannya dia
lupa kalau semuanya emang sudah dia ramalkan sendiri tanpa perlu ramalan dari
Retno dan soal cintanya yang diterima, jawabannya karena mereka saling suka. Belakangan gue baru tahu, kalau Retno tidak
punya kekuatan supranatural apapun. Dia hanya mahasiswa penggila film horor dan
film harry potter, yang bercita-cita menjadi penyihir.
Sekarang
gue baru tahu, kalau semua manusia itu bisa menjadi seorang peramal untuk
dirinya sendiri. Meramalkan tentang nasibnya sekarang, maupun masa depan.
Tinggal bagaimana peramal itu mewujudkan ramalannya, apa dengan menunggu waktu
yang akan merubah, atau dengan usaha, kerja keras, dan doa. Semua punya
pilihannya masing-masing, yang perlu kita ketahui, bahwa kehidupan ini adalah
sebuah ramalan yang patut untuk kita wujudkan.
Penulis : Yoki Merkuri
Twitter : @yoki_ym
No comments:
Post a Comment