Cinta
Sebatas Kata
Nonton sinetron membuat gue ngerasa
iri, karena kisah cinta yang ada di sinetron selalu memperlihatkan akhir yang
bahagia. Seperti, si cowok yang akhirnya nemuin cinta sejatinya, si cewek yang
akhirnya menikah sama cowoknya dan si cowok yang nikahin nyokap si cewek. kenapa
di sinetron selalu memperlihatkan cinta yang bahagia, pada hal yang gue tahu,
kebanyakan apa yang ada di sinetron berbanding terbalik dengan apa yang ada di
kehidupan nyata. seperti yang terjadi ke diri gue.
Waktu itu gue masih SMP, menjadi
remaja labil yang baru terbebas dari masa anak-anak membuat gue menjadi liar.
Gue seperti seekor tikus yang bebas dari perangkap. Berkeliaran mencari
cewek-cewek yang mau dengan gue. Tampang setengah ganteng setengah cakep (kata
nyokap) membuat gue gak terlalu pede dekat sama cewek, namun tetap saja gue
naksirnya sama cewek. Sebut saja Nuri, cewek cantik berkacamata yang menjadi
incara gue. Cinta, ternyata membuat gue semakin semangat pergi kesekolah.
Tentunya bukan untuk belajar. Namun, untuk ngelihat Nuri.
Hari demi hari terus berlalu, cinta
gue masih sebatas cinta diam-diam. Cinta
yang diam-diam ini terus berkembang, sampai akhirnya gue keceplosan cerita ke
Agus, teman sekelas gue.
“gue naksi sama Nuri”kata gue sambil
mandangin Nuri dari kejauhan tanpa tahu apa yang baru saja gue katakan.
“cieee!!!, ternyata lo juga suka ya
sama dia”seru Agus.
“aduh!! Kesebut pula. Lo jangan
bilang siapa-siapa ya”kata gue. Namun,
saat itu juga gue langsung memalingkan muka ke arah Agus karena ada yang ganjil
dari perkataannya tadi.
“eh!!, maksud lo yang suka juga tu
apa gus?”tanya gue penasaran.
“maksud gue, gak Cuma lo aja yang
naksir sama Nuri. Teman sekelas kita juga ada loh yang naksir sama Nuri, bahkan
lebih dulu dari lo”jawab Agus.
shock
adalah hal pertama yang terjadi ke gue.
“siapa orangnya gus?”tanya gue makin
penasaran.
“Aris Saputra, tu dia lagi ngumpul
sama gengnya”tunjuk Agus kearah Aris.
Mendengar
kabar buruk ini, semangat mendapatin Nuri mulai redup. Gue yang bukan anak gaul
di SMP, tentu bukan saingannya Aris, cowok keren, kece, cakep lebih dikit dari
gue dan tentu saja, GAUL ABIS gak bersisa. Sedangkan gue, cupu, gak gaul, lebih
mirip kutu buku yang hobinya menggrogoti buku dengan ingus yang meleleh. Di
antara keputus asaan itu, terdengar bisikan gaib yang mengatakan “selagi lajur kuning belum melengkung, lo bisa
dapatin dia”ucap Agus dengan bijaknya. saat itu Agus memang bijak, tinggal di
botakin rambutnya, suruh make jas hitam, dan jadilah Mario Agus. Kata Agus
benar membuat semangat gue kembali berkobar. ‘gue harus bisa deketin Nuri dulu
sebelum Aris’kata gue dalam hati.
Sepulang sekolah, gue selalu
ngelihat Nuri duduk di pos satpam, nungguin nyokapnya menjemput. Beberapa kali
gue mencoba untuk ngajak dia pulang bareng, namun niat itu gue urungkan karena
takut dikira om-om hidung belang. ‘sabar Yoki, sabar!!!. Belum waktunya buat
ngajakin dia pulang bareng’kata gue mengelus dada. Di rumah, gue masih tetap
memikirin Nuri. Pikiran tanpa tindakan memang bukan hal yang membantu. Sampai
akhirnya gue memutuskan meminta bantuan Agus, karena Agus adalah temannya Nuri
sejak SD.
“Tuuuu!Tuuuu! “ nada tunggu.
“Hallo”
“gus, bantuin gue dong”kata gue
tanpa basa basih melalui hape.
“maaf ini siapa ya?”
“ini gue Yoki”kata gue.
“bantuin apaan ki?”tanya Agus.
“bantuin buat dekat sama Nuri,
karena lo tau sendiri, gue ada saingan, dan lo juga tau kan, kalau gue tu gak
akrab sama Nuri.”
“oke deh, gue akan bantu lo, tapi
gak gratis ya.”
“emang apa gus, gue harus bayar
gitu?”
“ya, bisa dibilang begitu!!!. Lo
harus beliin gue pulsa 10000ribu dulu, entar gue bantuin sampai tuntas.”kata
Agus, memeras dompet gue.
“oke-oke, siip lah”kata gue meng-iyakan.
Sejak
malam itu perasaan gue mulai tenang,
karena udah memiliki sekutu untuk mendapatkan Nuri sebelum di ambil orang.
Keesokan harinya, di kelas gue terus
bersama Agus. Bukan pacaran, namun, mengorek info semua tentang Nuri.
“gak lama lagi Nuri bakalan Ultah,
jadi itu kesempatan yang bagus untuk lo agar bisa dekat sama dia”kata Agus.
“kapan tu gus?”tanya gue.
“tanggal 17 oktober ini. kalau Aris
udah pasti tau ki. Jadi lo harus lebih dulu ngasih dia kado sebelum Aris”kata
Agus.
“aduh!!, bagaimana gue bisa ngasih
kado, sedangkan gue gak akrab sama Nuri, dekat aja gue nervous gus.”
“Tenang aja ,gue yang antarin kado
lo, rumah gue kan dekat tu sama rumahnya. Yang penting, lo beli aja
kadonya”jelas Agus memberi solusi.
Cinta
merubah ruang dan waktu. Gue gak ingat pelajaran atau pun tugas. Semua berlalu
begitu saja. Yang gue ingat Cuma Nuri dan kado apa yang tepat buatnya.
Waktu terus berlalu, kado buat
hadiah pun belum terbayang di pikiran gue. ‘cewek sukanya apa ya???’pikir gue,
sambil baring dikamar. Suasana malam itu sepi, karena nyokap dan kedua adek gue
udah pada tidur. namun, suasana yang sepi itu tiba-tiba menjadi ramai ketika
gerombolan kucing berantem pas di atap rumah gue. Apa yang menyebabkan kucing
berantem?, sebuah pertanyaan bodoh terlintas. hal yang sepele seperti berebut
makanan, berebut kucing betina, atau berebut wilayah. Dan apa yang membuat gue
bingung, sama seperti kucing, dengan hal yang sepele pula gue jadi bingung
kayak gini, mencari kado untuk cewek yang gue taksir. Pada hal gue punya banyak
teman yang bisa menjadi korban pertanyaan gue. mikir sejenak dan gue langsung
keingat Fitri. Tanpa membuang waktu, gue langsung menelepon Fitri.
“Tuuuu!Tuuuuu!” nada tunggu.
“Haaaloo...”nada memelas.
“Fit, lo belum tidurkan!!!”kata gue.
“udah, tapi kebangun gara-gara lo!!!”jawab
Fitri sewot. “ada apa malam-malam nelepon?.”
“iya maaf Fit. Ini ha, gue pusing
nyari kado apa buat gebetan gue, gue gak tau cewek tu sukanya apa”kata gue,
dari hape.
“boneka, tas, sepatu, atau jam
tangan juga bagus, pokoknya hal yang unik dan menarik”jawab Fitri dengan nada
orang yang gak makan sebulan.
“Ooo..!!, jadi itu ya, oke deh Fit,
makasih ya. Tapi lo kok bisa tau kalau cewek sukanya itu??”kata gue.
“KARENA GUE CEWEK BEGO!!!!”
“TUTUTUTUTU!!!” Fitri ngereject
panggilan gue.
Kebingungan
dengan kado sudah musnah, gue berniat bakalan baliin jam tangan sebagai kado.
Kalau jam dinding entar di kira hadiah pasar malam. Bicara soal pasar malam ,
itu mengingatkan gue pada masa kecil ketika gue masih SD. Pasar malam adalah
sebuah area bermain yang hanya buka di malam hari, dan tentunya secara nomaden,
berpindah dari satu kecamatan kekecamatan lainnya dengan rentan waktu sampai
satu minggu. Masa kecil yang indah ketika gue main lempat gelang kedalam botol,
berharap bisa ngedapatin sebuah sepeda. Namun, hal hasil yang gue dapat Cuma
ember dan gelas cantik. Masa kecil yang indah, ketika kebahagiaan semudah itu
di dapat.
Malam itu gue langsung ngecek dana
yang ada. Saking banyaknya Bon alfamart dan indomaret membuat dompet gue kelihatan tebal.
Ngorek-ngorek isi dompet, mencari uang yang keselip pas ketemu Cuma uang
50ribu. ‘jam apaan ni yang bisa gue beli dengan uang segini’kata gue dalam hati.
Saat itu pikiran gue memang sempit, yang gue pikirkan hanya jam tangan mewah.
Sedangkan kanyataannya gue gak punya bahkan gak ada uang buat beli jam tangan
mewah itu.
Keesokan harinya. Gue bergegas pergi
menuju sekolah. Bahkan sampai gak sempat sarapan.
“kok buru-buru Yok?”tanya Nyokap.
“ada hal penting ma, jadi harus
cepat kesekolah”jawab gue langsung salam tangan Nyokap dan pergi.
Sesampainya
di sekolah, yang pertama gue lakuin ada mencari Agus, sekutu penentu nasib
cinta gue.
“Rin, lo ngelihat Agus gak?”
“enggak tu, mungkin dia belum datang
ki”kata Rina, teman sekelas gue.
Berdiri
didepan pintu, celingak-celinguk mencari Agus, membuat gue lebih mirip kayak
satpam gak makan pagi. Cukup lama menunggu, dari kejauhan terlihatlah makhluk
yang gue tunggu, yaitu Agus.
“tumben lo datangnya cepat ki”kata
Agus.
“lama amat sih, dari tadi gue
nungguin lo”balas gue kesal.
“santai ki, emang ada apa ni??”tanya
Agus.
“gimana ,ada info gak soal Nuri?”
“masih kayak kemarin. jadi mana
kadonya, besok kan dia ultah tu ki”kata Agus.
“entar pulang sekolah langsung gue
beli, terus gue anterin kerumah lo”jawab gue.
“oke lah”
Dan
bel masuk pun berbunyi. Hari itu suasana belajar masih seperti biasa. Namun,
gue sesekali ngelirik Aris, bukan karena gue homo, tapi karena gue ngerasa
kalau dia adalah saingan terberat gue untuk dapatin Nuri. ‘sialan lo ris,
berani-beraninya naksir sama Nuri,
mentang-mentang lo cakep dari gue dikit, lo mau ngajak saingan’ucap gue dalam
hati. Pikiran jahat memenuhi isi otak
gue, niat buat nyantet Aris semakin berkobar-kobar. ‘bakalan gue santet lo ris, mulut lo bakalan
gue buat bau, lebih bauk dari ketek gue’pikiran jahat. Namun, niat itu gak jadi
gue lakuin karena gue emang gak punya kekuatan apa-apa selain ilmu
menyembunyikan suara kentut.
Sepulang sekolah, gue langsung pergi
ke toko jam abas. toko jam terlaris di Pekanbaru. disana gue bingung mau beli
model jam apa buat Nuri.
“mau cari jam apa mas?”tanya
Karyawan toko.
“mau cari jam tangan cewek yang
bagus”
“tunggu sebentar ya mas”kata salah
satu Karyawan di toko itu.
Mas,
kata yang membuat gue mirip dengan tukang bakso keliling yang sering lewat di
depan rumah. Beberapa menit setelah itu, karyawan tadi kembali dengan membawa
beberapa jenis jam tangan.
“ini jam terbaru dan yang bagus
mas”kata Karyawan itu sambil memperlihatkan jam tangan yang ia bawa.
Ngelihat jam tangan yang bagus-bagus
ini, membuat gue menjadi tambah bingung. namun, pilihan gue tertujuh kejam yang
berwarna putih bertali kramik.
“yang putih itu berapa mas?”tanya
gue.
“yang ini 1 juta 500ribu mas”
Shock
mendengar harga jam yang mengerikan ini membuat gue berfikir untuk menolak
pilihan tadi.
“kalau yang satunya berapa
mas?”tanya gue lagi.
“yang ini 1 juta 200ribu mas, kurang
dikit dari yang putih ni”ucap Karyawan toko dengan santai.
‘gila
ni orang, bisa Pulang dalam keadaan bugil kalau sempat gue beli ni jam
tangan’pikir gue. Demi menyelamatkan harga diri gue, mau gak mau, akhirnya gue
nanyain jam yang harganya dibawah 50ribu.
“kalau jam yang haranya dibawah
50ribu ada gak?”
“kalau yang segitu, ini dia mas,
pilih aja yang ada di kaca bawah”kata Karyawan toko.
Entah
apa yang terjadi kepada Karyawan toko, karena dia selalu tersenyum apapun yang terjadi. Terkadang gue berfikir
apa dia naksir sama gue, atau bisa saja pas pulang dia minta tukeran nomor hape
ke gue. cukup lama gue milih, sampai akhirnya gue menentukan pilihan gue ke jam
tangan berbentuk gelang dan berwarna ungu.
“mas, jam ini gak ada kotaknya
ya?”tanya gue.
“kalau untuk jam di bawah 50ribu,
emang gak ada kotaknya mas”kata Karyawan.
Sepulangnya
dari toko jam, gue langsung ngebungkus jam tangan itu dengan teknik bukusan ala
ikan teri, asal bungkus yang penting jadi. Setelah itu, gue langsung pergi
kerumah Agus untuk menyerahkan kado ini agar bisa di berikan ke Nuri sebelum
keduluan Aris.
“jangan lupa ya gus!, jangan sampai
keduluan sama Aris”pesan gue.
Dirumah,
gue mulai berhayal sambil berdoa semoga ini menjadi awal gue untuk bisa punya
pacar. bisa mendapatkan apa yang di harapkan adalah suatu kebahagiaan yang tak
ternilai harganya. Karena gak ada pasar yang jual kebahagian.
pagi harinya, gue sekolah seperti
biasa. Namun, kali ini dengan harapan yang berbeda. harapan bakalan bisa dekat
sama Nuri menjadi ujung tombak buat cepat datang kesekolah. Sesampainya di
sekolah, Agus maupun Nuri belum datang. Gue duduk tenang dengan muka
berseri-seri, sambil sesekali ngebayangin bisa dekat bahkan pacaran dengan
Nuri.
“Nuri sayang kami Yoki”
“aku juga Sayang kamu Nuri”
“I LOPE YOU...”
“I.....,woi ki , woi!!!”tiba, tiba
saja kepala gue di jitak.
“apa sih gus, gangguin gue ngayal
aja”kata gue sewot.
“elo tu pagi-pagi udah ngayal. Tu
kado lo udah gue kasih, katanya Terima Kasih”
“ha!, Cuma terima kasih aja
gus?”tanya gue.
“iya, jadi mau lo apa?”kata Agus.
“ya apa gitu.”
Apa
yang ada di pikiran gue ternyata berbanding terbalik. Di kelas Nuri tetap
seperti biasa asik dengan teman-temannya, kayak gak terjadi apapun. Bahkan dia
juga gak nyapa gue ketika berpapasan. Dan yang lebih sedihnya lagi, gue
ngelihat dia ngobrol berduaan dengan Aris. Manusia mana yang tidak sedih ketika
ngelihat orang yang ia cintai, akrab dengan cowok lain.
Malam harinya, di kamar gue baring
sambil mengingat apa yang terjadi tadi siang. Ngelihat Aris dan Nuri sangat
akrab. Lagi asik ngegalau, tiba-tiba hape gue berbunyi.
“Tiii!Tiii!”nada SMS.
Dengan
sisa semangat hidup, gue meraih dan membuka SMS.
From:
Nuri sayang
Hay
Yoki!!!, ini gue Nuri. Gue ngucapin terima kasih atas kadonya. Sekali lagi
terima kasih ya.
Mata
yang tadinya bakalan tertutup, nyawa yang tadinya bakalan pergi, akhirnya semua
kembali dengan adanya isi SMS dari Nuri. Satu sms itu membuat gue kayak orang
gila. Gue mencium-cium layar hape. bahkan Nyokap marahin gue karena terlalu
bising di dalam kamar.
Keesokan harinya, gue bergegas
datang kesekolah, gue berharap kali ini Nuri mau bicara dengan gue. ‘semoga
pagi ini bisa lebih baik’kata gue dalam hati. dan saat itu juga, Nuri datang
bersama Aris. Suatu kebetulan atau emang sudah direncanakan. Namun, gue tetap
berfikir kalau itu Cuma kebetulan.
Hari demi hari, kisah cinta gue
belum juga ada perubahan. Aris dan Nuri semakin dekat. Bahkan gue sudah gak
bisa untuk berfikir kalau mereka tidak sengaja pulang dan pergi bareng.
Belakangan gue baru tahu, kalau ternyata Aris nembak Nuri duluan bertepatan di
hari ulang tahun Nuri dulu. Cinta yang
gue katakan, gak membuat semuanya menjadi nyata, hanya membekas dibibir. Dan
jauh di kerongkongan gue, kata ‘gue naksir dia’ juga masih membekas. Semua kata
bisa kita ucapkan. Namun, gak semua yang kita katakan bakal menjadi apa yang
kita inginkan. Agus memang teman sejati, dia tetap ngesuport gue walau
kenyataanya, dia juga gagal membuat gue dan Nuri jadian. Cinta sebatas kata,
kini hanya tinggal ingatan dari apa yang udah gue katakan. Semoga kata ini bisa
gue ucapkan untuk seorang cewek yang pantas mendengar kata itu dari mulut gue.
Penulis : Yoki merkuri
Twitter
: @yoki_ym
Email : Coretan_ku@yahoo.com
jangan lupa kritik dan sarannya :)
ReplyDeleteCinta itu buta sobat... :)
ReplyDeletebut, cewek sangat susah di mengerti maunya apa T_T