Social
Engineering
Social Engineering.
sebuah kata yang tidak asing. Namun, tidak semua orang atau kalangan masyarakat
yang tahu bahkan mengerti dengan kata
“Social Engineering”. Beberapa mungkin hanya tahu atau sekedar mendengar. Masyarakat
awam mungkin hanya menganggap Social
Engineering sebagai tempat untuk berkomunikasi atau sejenis dengan Social Media. Namun, memiliki arti yang
berbeda. walau sebenarnya memiliki kesamaan, sama-sama melakukan interaksi
dengan manusia.
Pengertian
dari Social Engineering sangat
banyak sesuai dengan pemahaman masing-masing individu. Salah satunya adalah
“suatu interaksi yang dilakukan oleh seseorang
untuk mendapatkan informasi yang
di inginkan, atau bisa dibilang untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu”. Unsur utama dalam
terjadinya Social Engineering adalah
manusia. Kelalaian yang dimiliki manusia menjadi faktor utama terjadinya Social Engineering. Mereka yang melakukan tindak Social Engineering bukan karena tidak
punya pekerjaan. Tapi mungkin saja itu menjadi sebuah pekerjaan. Karena, untuk
sebuah informasi data manusia atau data perusahaan. Bisa di hargai dengan harga
yang menjanjikan untuk beberapa orang. Persaingan antar perusahaan besar bisa
berdampak besar jika data dari sebuah perusahaan dimiliki oleh perusahan lain.
Di kalangan masyarakat juga tanpa
kita sadari. Social Engineering
bisa saja sedang terjadi, atau sudah terjadi. Namun, tidak banyak yang
manyadarinya. Contohnya :
Si A
mencoba untuk membobol akun FB Si B. namun, karena tidak memiliki password dan
id. Si A malah dialihkan kedalam sistem
keamanan dari akun FBnya Si B. saat berada di sistem keamanan. Si A di minta
untuk mengisi beberapa pertanyaan pribadi. Tapi karena Si A tidak bisa
menjawab. Rencananya untuk masuk ke akun Si B gagal. Keesokan harinya. Si A
mencari Si B. ia mengajak Si B untuk mengobrol. Namun, obrolan itu membawa Si B
kedalam masalah. Karena saat itu Si A berusaha untuk mencari jawaban dari
sistem keamanan akun FB Si B. Si B yang
tidak mengetahui niat buruk Si A, terus menjawab setiap pertanyaan yang Si A ajukan. Hal hasilnya. Kini Si A memiliki
informasi yang ia butuhkan untuk masuk kedalam sistem keamanan akun FB Si B.
Dari
contoh di atas. Bisa dikatakan kalau Social
Engineering bisa terjadi dari hal-hal yang tidak terduga. Tapi tetap saja tujuan
dasar Social Engineering sama seperti
umumnya yaitu hacking. Mendapatkan akses tidak resmi pada sistem atau informasi
untuk melakukan penipuan, intrusi jaringan, mata-mata industrial, pencurian
identitas, atau secara sederhana untuk mengganggu sistem atau jaringan.
Target-target tipikal termasuk perusahaan telepon dan jasa-jasa pemberian
jawaban, perusahaan dan lembaga keuangan dengan nama besar, badan-badan
militer, pemerintah dan rumah sakit. Bahkan Membuang sampah yang bagi kita
tidak berguna, dapat dijadikan orang yang berkepentingan lain. Misal: slip
gaji, slip atm. Barang tersebut kita buang karena tidak kita perlukan. Namun,
ada informasi didalamnya yang bisa dimanfaatkan orang lain.
Sebelumnya
tidak banyak yang tahu dengan sejarah dari Social
Engineering. Tetapi dari beberapa artikel yang ada mengatakan kalau sejarah
Social Engineering dibawa oleh seorang
hacker bernama Kevin Mitnick pada era tahun 1990-an. Untuk sekedar referansi
tambahan para ahli juga mengemukakan pendapatnya tentang Social Engineering diantaranya : Menurut Bernz, social engineering
adalah “seni dan ilmu bagaimana mendapatkan orang untuk memenuhi apa yang kita
inginkan”. Menurut Palumbo, social engineering adalah “sebuah trik psikologi
yang digunakan oleh hacker dari luar pada pengguna sah dari sebuah system
komputer untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan agar mendapatkan akses ke
system komputer”.
Solusi
dalam Social Engineering
Dari beberapa
pengertian, contoh dan metode yang ada di atas. Terjadinya Social
Engineering disebabkan
oleh faktor kelalaian manusianya sendiri. Terkadang kesibukan dengan aktivitas
bisa membuat orang lalai dalam berbagai hal termasuk keamanan diri sendiri.
solusi sederhana yang bisa di terapkan adalah
1.
Tidak terlalu terbuka terhadap orang
lain. Tidak membeberkan informasi-informasi yang seharusnya menjadi privasi.
2.
Lebih bersifat rasional. Tidak mudah
terpengaruh oleh ucapan-ucapan yang membuat emosi meningkat.
3.
Selalu belajar dari pengalaman pribadi
maupun orang lain. Tidak mengabaikan informasi yang ada di lingkungan. Baik itu
melalui televisi, koran maupun internet.
4.
Memperketat keamanan untuk sebuah
perusahaan ataupun organisasi.
5. Supaya tidak terjadi penyelewengan
informasi. Sebuah perusahaan atau organisasi, harus mempertegas atau memberi
sosialisasi dan pelatihan agar karyawan tahu tentang arti pentingnya
mengelolah keamanan informasi.
Pastinya banyak
pelajaran yang bisa kita ambil dari kejadian diatas. Dari hal kecil sekalipun bisa memiliki dampak
yang besar. Seperti cara penggunaan teknologi informasi yang tidak baik. Perlu
di ingat, “selagi sesuatu itu memiliki harganya. Maka, akan ada sosok-sosok
yang menginginkan hal yang berharga itu”. selalu waspada dalam setiap tindakan.
Baik di dunia maya, maupun dunia nyata.
No comments:
Post a Comment