Namanya Ana Resti
Aulia
Beberapa
orang menikmati liburan sekolahnya dengan cara pergi ketempat rekreasi.
Sedangkan gue, lebih suka ngabisin liburan sekolah dengan cara pulang kampung.
Di kampung kecil bernama AirMolek,
inilah awal gue ngerasain yang namanya jatuh cinta pada pandangan
pertama. Sebelumnya, gue gak pernah
percaya sama yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama, selain dari
sinetron yang marak di televisi. Cewek yang membuat gue ngerasain hal itu bernama
Ana Resti Aulia.
Semua
berawal dari Kak Ica yang ngenalin gue sama Ana. Kak Ica adalah kakak sepupu
gue, yang udah gue anggap seperti kakak sendiri. Sejak pertama pacaran, baru
kali ini gue ngerasain jatuh cinta pada pandangan pertama, karena dulu gue
naksir cewek butuh waktu beberapa hari untuk menghadirkan rasa cinta. namun,
kali ini gue benar naksir dengan Ana.
Tapi karena beberapa
perbedaan, rasa cinta ini gak bisa gue lanjutin.
Kabar yang gue dapat dari Kak Ica adalah, kalau umur Ana 2 tahun lebih tua dari
gue dan dia SMA sedangkan gue SMP. Terlebih lagi, dia cantik, sedangkan gue gak
berbentuk sama sekali. Bagai langit dan bumi.
Sejak
tahu kabar itu, gue gak pernah berharap untuk PDKT sama Ana. Gue hanya
menyimpan rasa yang gue punya. Karena gak mungkin cowok sejelek gue pacaran
sama cewek secantik Ana. Awal kenalan itu, adalah akhir dari pertemuan gue
dengan Ana, karena gue gak pernah ngeliat dia lagi sejak gue balik ke
Pekanbaru. Dia sekolah di SMAN 1 AirMolek, sedangkan gue sekolah di SMPN 8
Pekanbaru. berbeda jarak yang cukup jauh, untuk bisa menghadirkan yang namanya
jadian.
Di SMP,
gue melanjutin kehidupan, gue mulai pacaran, terus putus, pacara lagi dan
putus. Di SMA, kisah Ana terukir kembali. Gue mulai sering ngeliat kabar Ana
dari Akun Facebook miliknya. Rasa cinta yang lama terpendam, kini muncul
kembali. Namun, tetap dengan cinta yang gak mungkin terjadi. Beberapa kali hati gue bilang ‘kalau dia itu
jodoh lo’, namun, pikiran gue membantah ‘mustahil dia mau sama lo yang jelek
dan keliatan kayak anak SMA labil yang baru puber’. Pertengkaran dibatin gue
semakin menjadi-jadi. Bahkan gue berniat buat minta nomor hapenya Ana.
Suatu
hari, entah mengapa, niat gue buat mendapatin nomor hapenya Ana timbul lagi.
saat itu tanpa gue sadari, tangan gue sibuk mencetin tombol hapenya Kak Ica,
yang kebetulan Kak Ica lagi ada dirumah gue. mencari dan mencari, sampai akhirnya
gue nemuin contac milik Ana. Tanpa membuang waktu, gue langsung mencatat nomor
hapenya, sebelum Kak Ica balik dari wc dan akhirnya dia tahu kalau gue nyari
nomor hapenya Ana. Perasaan gue ke Ana sangat rahasia, bahkan gue berniat untuk
selalu memendam rasa ini agar gak ada yang tahu. mendapatin nomor hapenya Ana,
serasa bagai mendapat hadiah lotre makanan ringan.
Beberapa
hari berlalu, sejak ngedapatin nomor hapenya Ana, sekali pun gue belum pernah SMS
atau pun nelepon dia. Walau begitu, dari facebook, gue selalu mantau
aktivitasnya, mulai dari ngeliat foto sampai Statusnya yang kebanyakan tentang
dia dan pacarnya. Namun, dari semua status yang dia buat, ada satu status yang
berisikan tentang hobinya dalam dunia game online. Di facebook, Ana ngepos
tentang game yang ia main, yaitu PointBlank. Sebuah game online, yang saat ini
sangat populer. ‘gila!, keren amat ni
Kak Ana’ucap gue, sehabis ngelihat akun facebooknya. Dari hobi unik ini lah niat gue buat sms dia
muncul.
Saat
itu gue mencoba menjadikan game PointBlank ini sebagai topik pembicaraan gue
nanti. Dengan memberanikan diri, gue ngetik sms buat Ana ‘hay kak, mau nanya
kakak suka main game PointBlank juga ya?’.
Sedikit ragu-ragu untuk mencet tombol send, namun akhirnya tetap gue lakuin. Menunggu beberapa menit,
akhirnya sms gue di balas ‘ini siapa?’. Satu hal yang membuat gue makin bego,
gue lupa nulis nama di sms itu. tanpa membuang kesempatan, akhirnya gue kembali
sms Ana.
“ini
Yoki kak, masih ingatkan?”balas gue di SMS.
“oh,
Yoki, sepupunya Kak Ica ya”kata Ana.
Dari satu topik ini lah gue mulai memberanikan diri buat ngajakin
Ana SMSan.
Waktu
terus berlalu, sesekali SMS gue di respon Ana, sesekali pula SMS gue diabaikan.
Gue ngerti dengan posisi gue yang hanya sebagai seorang teman. gue bukan apa-apa buat Ana. Dia udah punya
cowok, sedangkan gue, cowok yang gak punya cewek, dalam arti gue ini jomblo.
Suatu
malam, bertepatan di malam minggu. Kebiasaan seorang jomblo adalah nongkrong di
depan televisi sambil sesekali ngeliatin hape, berharap ada cewek yang bakalan
ngajakin SMSan. Berjam-jam gue duduk di depan televisi, gak ada satu pun SMS
yang masuk ke hape gue. bahkan operator
yang biasa rajin nge-SMS gue, malam itu gak ada sama sekali. Jomblo yang hampir
kronis ini, membuat gue begadang semalaman. Di tengah malam, gue kaget dengan
bunyi hape. saat gue liat , ternyata itu SMS dari Ana. Di zaman gue SMA, Send all adalah cara ampuh untuk
ngeganggu orang, kalau di zaman sekarang, disebut dengan Broadcast Messager. Sedit kecewa ketika gue tahu, kalau SMS itu gak
hanya buat gue.namun, dari isi SMS yang Ana kirim, kaliatannya dia lagi suntuk.
From : Ana
Ada yang masih bangun gak ?
#Send All
Karena saat itu gue masih bangun, akhirnya gue ngerespon SMS
yang Ana kirim. Entah sebuah kebetulan, malam itu, gue SMSan sama Ana sampai
subuh. Bahkan kebanyakan topik yang kami bahas adalah soal masalah cinta. Malam
itu ternyata dia lagi galau,makanya dia butuh teman curhat.
Malam
itu juga adalah awal yang baik buat gue, dari yang tadinya canggung. Kini gue
bisa lebih santai buat ngajakin Ana SMSan. Bahkan dia mulai sering curhat ke
gue. sesi SMSan kami adalah saat malam tiba. Walau sekarang gue mulai bebas
SMSan dengan Ana, tapi bukan berarti dia jomblo. Ana tetap mempertahankan
cintanya. Dia mencoba ngasih kesempatan buat cowoknya. Sedangkan gue, tetap
menjadi penggemar rahasia Ana.
Gue
bukan orang yang hobi ngerusak kebahagiaan dalam hubungan cinta orang lain.
bagaimana pun gue naksir seseorang, kalau dia gak jamblo. Gue akan diam, gue
akan lebih milih untuk memendam cinta yang gue punya.
Berbulan-bulan,
kisah gue dan Ana, berjalan lancar. Gue mulai sering SMS, dan dia mulai sering
ngebalas SMS gue. cinta memang sulit di mengerti, gak ada yang tahu siapa yang
bakal kita cintai, siapa yang bakal kita miliki dan siapa yang akhirnya
ninggalin kita. semua itu berlalu begitu saja. Sampai akhirnya, gue jadian sama
Ana. Sebuah hal yang dari awal menjadi mustahil, kini menjadi kenyataan. gue
akhirnya jadian sama Ana. cewek yang yang kurang beruntung ini adalah korban
keganasan cinta, karena dia baru saja jatuh cinta ke cowok jelek seperi gue. bagai
artis terkenal, kabar jadian gue dengan Ana langsung di ketahui oleh Kak Ica.
Walau awalnya di tutupin. Namun, akhirnya kebongkar juga. Kak Ica mendunkung
hubungan gue dan Ana. Sahabat dekatnya, pacaran dengan sepupu jeleknya. Ngerasa
berada di film beauty and a beat. Film tentang pengeran jelek yang akhirnya
memiliki pacar yang cantik, dan setelah pangerannya di cium oleh cinta
sejatinya, sang pangeran berubah menjadi cakep. Namun, kenyataannya, mau di
cium berapa kali, gue tetep gak cakep.
Untuk
beberapa minggu, kisah pacaran gue dengan Ana gak berjalan lancar. Gue selalu
mengalami krisi kepercayaan. Karena pada saat itu, gue dan Ana pacaraan jarak
jauh, atau bahasa alaynya Long Distance
Relationship (LDR). Sebuah hubungan yang di batasi oleh jarak. Dalam
hubungan seperti inilah, sebuah kepercayaan sangat membantu. Namun, gue gak
bisa memberi kepercayaan ke Ana. Bukan karena gue egois, tapi karena gue sok
kejelekan. Dalam arti, gue takut kehilangan Ana. Mungkin gue belum cerita soal
deskripsi fisik Ana. Ana itu cewek yang cantik, kulit sawo matang, matanya
indah, rambutnya ikal, dan yang jelas dia sempurna di mata gue. sedangkan gue,
gak lebih dari kutu buku ke cemplung kali.
Sebelum
gue jadian dengan Ana. Beberapa minggu sejak kedengaran kabar Ana jomblo. Gue
sering dengerin dia curhat soal cowok-cowok yang banyak nembak dia, dan itu
adalah salah satu faktor yang membuat
gue krisi kepercayaan. Gue takut kehilangan dia, gue takut bersaing dengan
cowok cakep yang bahkan lebih keren dari gue.
Suatu hari,
gue dapat kabar dari Ana, kalau dia bakalan kuliah di Pekanbaru, dan pastinya
dia tinggal disini.
“Sayang,
aku keterima di UIN SUSKA Riau”katanya dari telepon.
“ha!!,
yang bener sayang?”tanya gue.
“bener,sebelumnya
aku kan ikut tes, jadi alhamdulillah keterima”kata Ana.
“jadi
kamu bakalan tinggal disini dong sayang?”tanya gue.
“iya,
aku bakalan tinggal di rumah Kak Ica, kebetulan ada kamar kosong disana”jelas
Ana. menambah kegermbiraan gue.
Seperti kata Pepatah ‘kalau jodoh gak bakal kemana’. Hari
itu, sehabis teleponan dengan Ana. Gue langsung guling-guling gak jelas, kayak
kucing keselek tulang. Bahkan nyokap sempat ngira kalau gue habis make
obat-obatan. Tapi kalau pun gue make obat-obatan, palingan gue make obat
sembelit, biar boker gue lancar.
Gak
lama setelah itu, Ana pun akhirnya tiba di Pekanbaru. dengan kangenya, gue
langsung bergegas pergi menuju rumah kak Ica. Sesampainya disana, gue langsung
masuk kedalam rumah.namun, setelah didalam gue gak bisa bicara. Orang yang gue
cinta, yang dulunya hanya keliatan dari foto. Sekarang tepat berada di depan
gue. saat itu, hati gue berdebar kencang, keringat dingin mengalir keluar.
Bibir gue kering, karena gak minum, tangan gue dingin karena nahan boker. Mata
kami saling menatap. Senyum indah Ana mulai keluar,dari kejauhan Kak Ica ngeliatin sambil tersenyum juga, dan
hari itu adalah pertama kalinya kami ketemu sejak awal kenalan dulu,yang pada
akhirnya pertemuan itu di awali dengan kata “HAY SAYANG!!!”.
“HAY
JUGA SAYANG!!!”.
Penulis : Yoki Merkuri
Twitter : @yoki_ym
No comments:
Post a Comment