Surat
Kepada Sang Pemimpin
Tahun 2015, kali ini menjadi tahun dimana gue beneran
ngerasain menjadi ikan yang di asapin. Hampir 3 bulan lamanya Kota gue dilanda
bencana kabut asap. Bencana ini cukup menyiksa masyarakat di kota gue. mau
ngungsi gak tahu kemana, mau minta bantuan Cuma di kasih masker, mau nutup
idung entar mati. jadi, kayak berurusan dengan cewek. ada aja salahnya. Apa
lagi setiap malam, gue harus nonton televisi berbarengan dengan nyamuk-nyamuk.
Katanya sih, mereka lagi ngungsi dari asap. Buat gue gak masalah kalau hanya
ngungsi. Tapi gak harus nyedot darah sama nyanyi-nyanyi di telingah gue. sejak
kabut asap ini, gue dan seluruh makhluk berhidung merasakan dampaknya. Lebih
kasihan lagi. hutan-hutan yang dibakar meninggalkan sisa kebakaran berupa
hewan-hewan yang tidak bersalah mati sia-sia.
Lalu, suatu malam. Gue kepikiran buat nelepon presiden.
tapi gue sadar, kalau gue gak punya pulsa. Jadi, akhirnya gue nulis surat
untuk presiden. Rencananya gue mau minta pendapat.